Premis Unik: Film tentang Membuat Film Horor
Maju Serem Mundur Horor mencoba menghadirkan sesuatu yang segar di tengah padatnya jadwal rilis film horor Indonesia menjelang Halloween. Ceritanya berfokus pada sekelompok mahasiswa jurusan perfilman yang terancam drop out dan mendapat tugas akhir berupa pembuatan film horor di lokasi angker. Namun, seperti nasib banyak film meta, kisah tentang proses membuat film ini justru membawa para karakternya ke dalam kejadian supranatural yang tak mereka sangka.
Konsep “film di dalam film” sebenarnya memiliki potensi besar untuk dieksplorasi, terutama karena pasar Indonesia cukup antusias terhadap genre horor. Sayangnya, potensi itu belum tergarap maksimal. Alur cerita yang menarik di awal mulai kehilangan fokus di pertengahan, dan keseimbangan antara komedi serta horor terasa belum seimbang.
Akting: Natural tapi Kurang Intens
Deretan pemeran utama menjadi salah satu daya tarik film ini. Dodit Mulyanto, sebagai Bowo, menampilkan gaya khasnya sebagai komika dengan ekspresi jenaka yang ringan dan spontan. Maell Lee berperan sebagai Poltak, sosok pemimpin kelompok yang penuh ide namun mudah panik ketika suasana mulai mencekam. Daffa Ariq dan Carissa Perusset menambah dinamika geng mahasiswa ini dengan gaya akting yang natural, sehingga interaksi antar mereka terasa seperti persahabatan mahasiswa sungguhan.
Namun, justru di sinilah titik lemah film ini muncul. Transisi dari adegan lucu ke momen menegangkan sering kali tidak terasa mulus. Beberapa adegan horor bahkan tampak seperti sketsa komedi, bukan adegan yang membuat penonton tegang. Chemistry mereka kuat dalam konteks humor, tetapi kurang mendalam ketika harus membangun ketakutan. Akibatnya, nuansa seram yang seharusnya menjadi inti dari film horor berubah menjadi komedi ringan yang sulit meninggalkan kesan mendalam. Meskipun begitu, penampilan para pemain tetap terasa menyenangkan dan cocok bagi penonton yang lebih mengutamakan hiburan santai dibanding rasa takut.
Respons dan Perolehan Penonton
Hingga 25 Oktober 2025, Maju Serem Mundur Horor tercatat telah meraih sekitar 50.090 penonton dari tiga hari penayangan perdananya. Angka ini tergolong moderat, mengingat film ini rilis di periode yang sama dengan sejumlah judul horor besar lainnya. Walaupun jumlah layarnya mencapai lebih dari 280 bioskop di seluruh Indonesia, antusiasme penonton tidak melonjak signifikan.
Salah satu alasannya adalah dominasi unsur komedi yang mencapai sekitar 70 persen dari keseluruhan film, sehingga penonton horor sejati merasa kurang mendapatkan ketegangan yang mereka cari. Di sisi lain, strategi promosi film ini relatif sederhana dan lebih banyak mengandalkan media sosial, bukan kampanye besar seperti film horor mapan lainnya. Ditambah lagi, persaingan di minggu yang sama cukup ketat, membuat film ini sulit mencuri perhatian publik. Meski demikian, sebagian penonton yang menyukai genre horor-komedi tetap memberikan apresiasi terhadap pendekatan ringan dan humor kampus yang dihadirkan.
Produksi dan Penyutradaraan
Sutradara Chiska Doppert mencoba menyatukan dua dunia—ketegangan dan kelucuan—dengan pendekatan yang ringan. Namun dari sisi teknis, terutama efek visual dan tata suara, nuansa menyeramkan belum sepenuhnya terbentuk. Beberapa adegan jump scare terasa berlebihan, sementara alur di pertengahan film mulai kehilangan arah antara parodi dan cerita utama.
Kesimpulan: Niatnya Ada, Gigitannya Belum
Secara konsep, Maju Serem Mundur Horor adalah langkah berani dalam genre meta-horor Indonesia. Premisnya unik, para pemainnya populer, dan latar kehidupan kampus membuat film ini terasa dekat dengan penonton muda. Namun, film ini masih “maju mundur” dalam menentukan identitasnya—antara ingin menjadi film horor lucu atau komedi dengan bumbu mistis. Hasil akhirnya membuat penonton lebih sering tertawa daripada menjerit ketakutan.
Bagi yang mencari tontonan ringan untuk akhir pekan, film ini tetap menghibur. Namun bagi penggemar horor sejati, Maju Serem Mundur Horor mungkin terasa seperti hantu yang jinak—hadir tapi tak meninggalkan bekas rasa takut.