Publik dikejutkan dengan kabar bahwa aktris senior Asri Welas menerima honor mencapai Rp7 miliar hanya untuk dua adegan dalam film Sukma. Isu ini pertama kali mencuat setelah produser film, Baim Wong, mengungkap jumlah tersebut dalam sebuah wawancara. Tak lama kemudian, berita ini menyebar cepat melalui berbagai media nasional seperti Medcom, Suara, dan iNews, lalu menjadi bahan perbincangan hangat di media sosial.
Klaim fantastis tersebut tentu menimbulkan pro dan kontra. Sebagian masyarakat merasa angka itu terlalu berlebihan, mengingat Asri Welas bukanlah pemeran utama dalam film. Banyak netizen yang mempertanyakan, “Masa iya Asri Welas bisa lebih mahal dari Luna Maya?” Sementara itu, ada pula yang menilai wajar jika honor sebesar itu diberikan, karena popularitas Asri Welas dan kualitas aktingnya yang sudah teruji dianggap mampu mendongkrak nilai film di pasaran.
Meski begitu, hingga kini tidak ada bukti kontrak yang dipublikasikan kepada publik, sehingga angka Rp7 miliar masih sebatas klaim sepihak dari pihak produksi. Asri Welas sendiri belum memberikan konfirmasi resmi. Hal ini membuat publik berada di antara rasa penasaran dan keraguan. Di satu sisi, kabar ini berhasil menarik perhatian terhadap film Sukma. Namun di sisi lain, muncul pertanyaan apakah angka tersebut nyata atau sekadar strategi promosi.
Dari kacamata industri hiburan, honor artis memang tidak selalu bergantung pada jumlah adegan. Seorang artis bisa saja hanya tampil sebentar, tetapi memiliki nilai jual besar karena mampu menarik penonton, meningkatkan eksposur media, dan menciptakan kehebohan di ruang publik. Kehadiran nama besar seperti Asri Welas bisa menjadi magnet tersendiri. Karena itu, tidak mustahil jika honornya diposisikan tinggi, meskipun tetap terasa janggal bagi banyak orang mengingat skala rata-rata honor artis Indonesia biasanya hanya berkisar ratusan juta per film.
Jika dibandingkan dengan pasar luar negeri, fenomena honor tinggi untuk peran singkat sebenarnya bukan hal baru. Di Hollywood, ada aktor atau aktris yang menerima bayaran miliaran hanya untuk penampilan singkat karena status mereka dianggap membawa nilai promosi yang besar. Namun di Indonesia, angka Rp7 miliar jelas melampaui standar umum, sehingga wajar bila memicu kontroversi.y
Lebih jauh, isu ini membuka diskusi serius tentang transparansi dalam industri film Indonesia. Honor fantastis memang bisa menjadi strategi marketing, tetapi jika tidak disertai data dan bukti yang jelas, justru dapat menimbulkan persepsi negatif. Kru film, aktor pendukung, hingga pekerja di balik layar mungkin merasa adanya ketimpangan jika satu artis dibayar sangat mahal sementara tenaga lain kurang diperhatikan.
Pada akhirnya, kabar mengenai Asri Welas dan honor Rp7 miliar untuk film Sukma masih berada di ranah spekulasi. Tanpa bukti kontrak resmi, angka itu tidak bisa dianggap sebagai fakta final. Namun, satu hal yang pasti, isu ini telah berhasil menciptakan kehebohan, membuat nama film Sukma semakin viral, dan menimbulkan diskusi publik tentang bagaimana nilai seorang artis dihitung di industri hiburan Indonesia. Apakah benar ini cerminan meningkatnya profesionalisme dan nilai jual artis tanah air, atau sekadar trik promosi? Jawabannya hanya Baim Wong dan Asri Welas yang tahu. Apakah benar hal ini mencerminkan meningkatnya profesionalisme sekaligus nilai jual artis tanah air, atau hanya sekadar trik promosi? Jawabannya, tentu hanya Baim Wong dan Asri Welas yang benar-benar tahu. Terlepas dari isu ini, Asri Welas justru kebanjiran order di tahun 2025, baik untuk film—bahkan saat ini ia sedang tampil di Kang Solah bersama Rigen dan Davina Karamoy—maupun sejumlah series lainnya
