Wednesday, December 17, 2025
HomeFilmKitab Sijjin & Illiyyin: Semua Ada Balasannya

Kitab Sijjin & Illiyyin: Semua Ada Balasannya

Pengantar: Dari Layar Lokal ke Panggung Global

Industri film horor Indonesia kembali menggeliat dengan kehadiran Kitab Sijjin & Illiyyin, sekuel dari film Sijjin (2023). Tak hanya sekadar melanjutkan warisan film sebelumnya, karya ini memperluas cakupan narasi dengan memasukkan unsur religi, psikologis, serta simbolisme spiritual yang kuat. Dirilis pada Juli 2025, film ini berhasil mencuri perhatian khalayak lokal sekaligus menembus pasar internasional melalui kerja sama distribusi dengan Barunson E&A, rumah produksi kenamaan asal Korea Selatan.

Sinopsis Non-Spoiler: Perjalanan Jiwa yang Terluka

Kitab Sijjin & Illiyyin mengisahkan tentang seorang perempuan muda bernama Yuli, yang kehidupannya diliputi luka batin, penolakan, dan rasa kecewa yang mendalam. Dalam lingkungan yang tidak memberikan ruang untuk sembuh, ia terperangkap dalam keputusasaan yang membawanya menapaki jalan berbahaya—jalan yang tidak hanya mengubah nasibnya, tetapi juga mengguncang keseimbangan spiritual di sekelilingnya.

Film ini mengajak penonton menyelami ruang-ruang gelap dalam batin manusia, di mana konflik antara hasrat untuk diterima dan keinginan membalas dendam menjadi poros utama. Dengan pendekatan yang matang, sutradara Hadrah Daeng Ratu menggambarkan dilema moral dalam bentuk sinematik yang intens dan penuh makna.

Inti Cerita: Luka yang Berbuah Petaka

Berfokus pada karakter Yuli (diperankan oleh Yunita Siregar), penonton akan dibawa menyaksikan transformasi seorang korban stigma menjadi pelaku ritual hitam yang mematikan. Dituduh sebagai anak haram dan dijauhi oleh keluarga tirinya, Yuli menjalani hidup dalam tekanan psikologis yang hebat. Dalam keterpurukannya, ia menempuh jalan spiritual yang gelap—menggunakan ilmu hitam dan melakukan ritual santet selama tujuh hari berturut-turut. Setiap nama yang ditulis, setiap mayat yang digunakan, membuka pintu pada bencana yang tak terbayangkan.

Sijjin & Illiyyin: Simbolisme Spiritual dalam Horor

Dalam film ini, simbolisme spiritual diangkat dengan cara yang sangat kuat dan berkesan melalui dua konsep utama dalam ajaran Islam, yakni Sijjin dan Illiyyin. Kedua istilah ini bukan sekadar penghias judul, tetapi menjadi fondasi moral dan filosofi cerita. Sijjin diyakini sebagai kitab yang mencatat seluruh amal buruk manusia, tempat berkumpulnya catatan perbuatan jahat yang kelak akan menjadi bukti di hari penghakiman. Sebaliknya, Illiyyin adalah kitab mulia yang mencatat amal baik orang-orang saleh, menjadi pengingat bahwa kebaikan pun tercatat dengan cermat dalam sistem keadilan Ilahi.

Melalui dua simbol ini, film mengajak penonton untuk merenungi makna dari setiap keputusan dan tindakan yang diambil dalam kondisi tertekan, terluka, atau penuh kemarahan. Di tengah atmosfer horor yang mencekam, lapisan naratif ini memberikan kedalaman spiritual yang menantang kita untuk bertanya: apakah luka dan dendam bisa menjadi jalan menuju Sijjin, atau justru menjadi titik balik untuk menuju Illiyyin? Dengan begitu, film ini tidak hanya menakuti secara visual, tetapi juga menggugah secara eksistensial. Penonton diajak merenungi bagaimana pilihan-pilihan yang diambil di tengah luka bisa mengantarkan seseorang menuju kehancuran atau penebusan.

Isu Perempuan dan Trauma Sosial

Salah satu kekuatan naratif film ini terletak pada penggambaran transformasi karakter perempuan yang kompleks. Yuli bukan sekadar karakter horor; ia adalah gambaran nyata dari perempuan yang tersingkirkan, terstigma, dan kehilangan suara. Film ini dengan cermat menyoroti bagaimana trauma sosial dan stigma bisa menjadi akar dari amarah yang membara, yang pada akhirnya meledak menjadi kehancuran spiritual dan fisik.

Estetika Visual: Ketegangan yang Nyata dan Mencekam

Sang sutradara, Hadrah Daeng Ratu, dikenal atas keberaniannya dalam mengangkat tema religius dan supranatural secara visual. Dalam film ini, ia berhasil menciptakan atmosfer horor yang autentik dengan elemen visual berdarah (gore), suara-suara mistis, dan pencahayaan yang menekan. Setiap adegan dirancang untuk membangkitkan ketegangan sekaligus mengaduk emosi penonton, menyajikan pengalaman sinematik yang menggugah dan mengerikan dalam waktu bersamaan.

Jejak Internasional: Ketika Horor Lokal Berbicara Global

Kerja sama dengan Barunson E&A dari Korea Selatan menjadi langkah penting dalam perjalanan film ini. Tak hanya sekadar memperluas distribusi, kolaborasi ini menjadi bukti bahwa tema horor lokal—yang dipadukan dengan unsur budaya, religi, dan psikologi—mampu bersaing di panggung internasional. Dengan pendekatan visual dan cerita yang kuat, Kitab Sijjin & Illiyyin menunjukkan bahwa horor Indonesia punya potensi besar untuk mendunia.

Kesimpulan: Horor yang Membekas Lebih dari Sekadar Takut

Kitab Sijjin & Illiyyin bukan hanya film horor yang menakutkan, tetapi juga refleksi tentang luka, trauma, dan pilihan moral manusia. Ia membuktikan bahwa rasa takut yang paling dalam bukan berasal dari sosok gaib, melainkan dari hati yang tergores, jiwa yang hancur, dan doa-doa yang tidak pernah sampai. Film ini adalah cermin bahwa dalam dunia yang tidak memberi ruang untuk penyembuhan, dendam bisa menjadi senjata. Dan dalam dunia yang sunyi dari kasih, kebaikan bisa terkubur dalam tanah bersama dosa.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments